blog ini berisikan catatan,ringkasan,pemikiran penulis ketika membaca literatur, buku, jurnal mengenai anestesiologi dan kedokteran pada umumnya.
Selasa, 21 Agustus 2012
Minggu, 19 Agustus 2012
Peripartum cardiomyopathy
Peripartum cardiomyopathy is idiopathic heart failure occurring in the absence of any de‐ terminable heart disease during the last month of pregnancy or the first 5 months postpar‐ tum. The incidence varies worldwide but is high in developing nations; the cause of the disease might be a combination of environmental and genetic factors. Diagnostic echo‐ cardiographic criteria include left ventricular ejection fraction <0.45 or M‐mode fractional shortening <30% (or both) and end‐diastolic dimension >2.7 cm/m2. Electrocardiography, magnetic resonance imaging, endomyocardial biopsy, and cardiac catheterization aid in the diagnosis and management of peripartum cardiomyopathy. Cardiac protein assays can also be useful, as suggested by reports of high levels of NT‐proBNP, cardiac troponin, tumor necrosis factor‐α, interleukin‐6, interferon‐g, and C‐reactive protein in peripartum cardiomyopathy. The prevalence of mutations associated with familial dilated‐cardiomyop‐ athy genes in patients with peripartum cardiomyopathy suggests an overlap in the clinical spectrum of these 2 diseases.
Treatment for peripartum cardiomyopathy includes conventional pharmacologic heart‐ failure therapies—principally diuretics, angiotensin‐converting enzyme inhibitors, vaso‐ dilators, digoxin, β‐blockers, anticoagulants, and peripartum cardiomyopathy‐targeted therapies. Therapeutic decisions are influenced by drug‐safety profiles during pregnancy and lactation. Mechanical support and transplantation might be necessary in severe cases. Targeted therapies (such as intravenous immunoglobulin, pentoxifylline, and bro‐ mocriptine) have shown promise in small trials but require further evaluation. Fortunately, despite a mortality rate of up to 10% and a high risk of relapse in subsequent pregnancies, many patients with peripartum cardiomyopathy recover within 3 to 6 months of disease onset.
Minggu, 12 Agustus 2012
non volatile anesthesia (9). DROPERIDOL
DROPERIDOL
MOA antagonis reseptor dopamine
MOA antagonis reseptor dopamine
- mengganggu transmisi serotonin, NE, GABA
- tranquilizer, antiemetic
- blok α-adrenergik
STRUCTURE mirip haloperidol
FK
A IM/IV
D rapid distribution phase, but sedative effect delayed by HIGH MOLECULAR WEIGHT & EXTENSIVE PROTEIN BINDING
B Liver
E Urine
Effect
CV
CV
- blok α-adrenergik :
- turunkan aBP karena periferal vasodilatation, jangan pada pasien hipovolemik
- antiaritmia efek
- QT interval memanjang, Torsaded de pointes
- Katekolamin release : jangan digunakan pada pasien feokromositoma
RESP
- TIDAK mendepresi pernapasan
- stimulasi hipoxic ventilatory drive
CEREBRAL
- turunkan CBF, ICP : serebral vasoconstriction
- TIDAK MENURUNKAN CMRO2
- poten antiemetic
- may presipitasi EPSE
- AVOID : Parkinson, restless leg syndrome, movement disorder
- dysphoria
- tdk ANALGETIK, tdk amnesia / unconsious pada dosis biasa
- kombinasi fentanil dengan droperidol (Innovar) -> analgesia, immobility, variable amnesia (neuroleptanalgesia)
- + NO2 or hipnotik agent -> unconscious & general anesthesia similar dissosiatif state induce by ketamine
DRUG INTERACTION (DI)
- Antagonis efek levodopa : presipitasi parkinson, renal effect of dopamine are encountered by droperidol
- antagonis sentral α-adrenergik action of clonidine & precipitate rebound hypertension
- turunkan kardio efek dari ketamine
Sabtu, 11 Agustus 2012
non volatile anesthesia (8). PROPOFOL
Propofol
MOA fasilitasi neutrotansmiter inhibisi GABA
Structure
- fenol ring : 2 isopropil
- 10 mg/ml : soy bean oil, glycerol, egg lecithin
- alergi telur biasa putih telur, propofol dari kuning telur
FK
A IV
D high lipid solubility
- redistribusi 2-8 menit
- good for outpatient
- elderly : lower dose induction karena Vd smaller pada usia tua
- wanita butuh dosis lebih besar dan bangun lebih cepat
B long term -> lipemia, asidosis metabolite, keratin
- metabolisme ekstrahepatic
- inaktif
- do not affect by moderate cirrhosis
E urine
- CRF do not affect clearance of the parent drug
EFEK
CV
- menurunkan aBP karena menurunkan SVR (inhibisi simpatetic vasoconstrictor activity)
- menurunkan kontraksi
- menurunkan preload
- hipotensi lebih sering terjadi daripada thiopental tapi bisa pulih saat laringoskopi intubasi
- sebab hipotensi : dosis besar, injeksi cepat, usia tua
- mengganggu respon baroreflek arteri terhadap hipotensi pada pasien normo dan hipocarbia
- menurunkan preload karena menurunkan HR ; vagal mediated reflex bradicardia
- hati hati pada pasien extreme age, negatif inotropik medication, operasi yang berhubungan dengan refleks okulokardiak
RESP
- resp depresan -> apnea
- inhibit hypoxic ventilatory drive, depress normal response to hypercarbia
- depress upper airway reflex
- histamine release tapi tidak kotraindikasi pada pasien asthma
CEREBRAL
- turunkan CBF, ICP
- propofol dan thipental proteksi fokal iskemia
- antipruritus
- antiemetic
- saat induksi dapat terjadi fenomena eksitasi : muscle twitching, spontan movement, opistotonus, hiccup karena antagonis terhadap subcotical glisin
- antikonvulsan efek
- turunkan IOP
- tdk ada toleransi obat
DRUG INTERACTION (DI)
- dengan NDMR : -. kl dulu potensiasi ndmr krn propofol pake cremophor
- + fentanil dan alfentanil : meningkatkan konsentrasi fentanil dan alfentanil
- dengan midazolam : sinergistik ?
Jumat, 10 Agustus 2012
non volatile anesthesia (7). ETOMIDATE
ETOMIDATE
MOA
MOA
- depresi RAS. mimic inhibitory effect of GABA
- R(+) isomer bind GABA tipe A reseptor
- Myoclonus karena inhibisi ekstrapiramidal motor activity
Strcture
- IMIDAZOLE ring :
- water soluble in low pH
- lipid soluble in physiologic pH
FK
A only IV
D
- high protein bound
- high lipid soluble & larege non-ion fraction -> rapid onset
- redistribusi
B 5x lebih cepat dari thiopental
E Urine
Efek
CV minimal
- turunkan PVR, turunkan BP minimal
- kontraksi dan CO Normal
- tdk histamine release
Resp -
Cerebral
- menurunkan CMRO2, CBF, ICP setara dengan thiopental
- PONV lebih sering terjadi dibanding barbiturat
- hipnotik sedatif
- tdk bersisat analgetik
Endocrine
- adrenocortical suppresion ; long term
DRUG INTERACTION (DI)
- + fentanil : prolong elimination half life dan meningkatkan plasma level of etomidate
- +opioid : menurunkkan myoclonus effect dari etomidate
Kamis, 09 Agustus 2012
non volatile anesthesia (6). KETAMINE
KETAMINE
Mechanisms of action (MOA) :
Mechanisms of action (MOA) :
- dissociate thalamus from cortex
- antagonis N metil D aspartat reseptor
Structure Activity relationship (SAR)
- struktur analog pensiklidin
Farmakokinetik (FK)
A diberikan secara :
- IM / IV : peak plasma IM 10-15 menit
D istribusi
- more lipid soluble and less protein bound than thiopental
- redistribusi
B
- norketamine
- toleransi
- hepatic uptake >> -> short elimination half life (2 H)
E kskresi
- renal
Farmakodinamik
Cardiovaskular :
- meningkatkan aBP, HR, CO krn efek stimulasi sentral SNS & inhibisi reuptake norepinefrin
- meningkatkan pulmonary artery pressure & miocardyal work -> HINDARI pada pasien koroner, hipertensi tidak terkontrol, CHF, aneurisma arteri
- Baik pada pasien shock hipovolemik akut karena efek stimulasi tidak langsung
- large dose -> miokardial depresi karena inhibision calcium transien
- unmasked simpatis blokade ( spinal cord transection)
- exhaustion of catecholamine store
Respirasi :
- potent bronchodilator : OK pada ASMA
- salivasi meningkat : bisa dipremedikasi dengan antikolonergik
serebral :
- meningkatkan CMRO2, CBF, ICP
- Tdk digunakan pada pasien dengan SOL
- myoclonic activity
- psycotomimetic effect ( illusion, disturbing dream, delirium)
- COMPLETE ANESTHESIA DRUG (ANALGESIA, AMNESIA, UNCONSCIOUS)
DRUG INTERACTION (DI)
- ketamine meningkatkan potensi NDMR
- ketamine + teofilin : seizure
- ketamine + diazepam : menurunkan efek cardiostimulan, memperpanjang T1/2 ketamine
- ketamine + propanolol, fenoxy benzamine, antagonis simpatis : unmasked the direct myocardial depressant effect of ketamine
- ketamine + lithium : prolong ketamine
- ketamine + halothane / inhaled : myocardial depresan
Rabu, 08 Agustus 2012
non volatile anesthesia (5). OPIOID
OPIOID
Mechanisms of action (MOA) :
Mechanisms of action (MOA) :
- terikat dengan reseptor opioid (192m) : mu, kapa, delta, gama
- sedasi ringan
- analgetik kuat
- agonis-antagonis (nalbupine, nalorphine, butorphanol, pentazocine) : punya sifat kerja yang berlawanan pada reseptor yang berbeda
- antagonis murni : Naloxone
- Opioid endogen : endorfin, enkefalin, dynorphine
- teraktivasinya reseptor opioid akan
- menghambat releasing neurotransmiter pada presinaps
- menghambat respons pada post sinaps terhadap neurotransmiter excitatory (aCh, subs P) dari neuron Nosiseptor
Structure Activity relationship (SAR)
- struktur levorotasi - lebih poten
Farmakokinetik (FK)
A diberikan secara :
- IM : morfin, meperidine (peak plasma biasanya dalam waktu 20-60 menit)
- oral transmucosal
- fentanil lolipop :
- analgesia dan sedasi
- rapid onset 10 menit
- pediatrik ( 12-20 ug/ kg)
- dewasa (200-800 ug)
- transdermal : fentanyl karena memiliki MOLEKUL KECIL dan high lipid soluble - plateau serum konsentrasi 14-24 jam. Variasi pada efek samping mual dan BP é ê sehingga tidak dipakai pada post-op
D istribusi
- high lipid solubility -> onset cep at, durasi cepat ( Fentanyl, Sufantanyl). mnemonic (FASt)
- Alfentanyl paling cepat karena fraksi non ion nya besar dan Vd nya kecil --> short elimination half life 1,5 H
- First pass uptake / tertahan di paru tergantung pada
- akumulasi obat lain ê
- tobaco use é
- anestesi inhalasi ê
- redistribusi
B LIVER
- high hepatic extraction ratio
- morfin - konjugasi dengan as.glukoronat -> morfin 3 glukoronat dan morfin 6 glukoronat
- meperidine - mengalami demetilasi -> normeperedine -> seizure activity
- FASt (fentanil, Alfentanil, Sufentanil) -> inaktif
- Remifentanil punya struktur ester : ultrashort acting dengan half life < 10 menit
- Hidrolisis extrahepatic di darah (red cell) dan jaringan
- karena hidrolisis ekstrahepatic jadi tdk toxic bagi hati
- pasien dengan defisiensi psudokolinesterase tidak masalah.
E kskresi
- morfin dan meperidine : hati dan 10 % biliar
- 5--10 % morfin dikeluarkan melalui urin ejadi hati hati pada pasien gagal ginjal
- akumulasi morfin 3 dan 6 glukoronat -> efek narkosis dan depresi ventilasi memanjang
- morfin 6 glukoronat : lebih poten dan more agonis reseptor
- meperidine -> normeperidine exitatory -> seizure -> tidak bisa diatasi dengan nalokson
- Sufentanil : urin dan biliar
- Remifentanil : Urin ( tdk poten). aman buat pasien dengan gagal hati
Farmakodinamik
Cardiovaskular :
- Baik
- meperidine é HR
- High dose -> vagus mediated BRADIKARDI ( morfin, fentanil, sufentanil, remifentanil, alfentanil)
- Tidak mendepresi kontraksi miokardium. kecuali MEPERIDINE
- aBP sering turun karena bradikardi, venodilatasi, refleks simpatis rendah. bisa disupport dengan vasopresor (efedrin)
- morfin, meperidine - Histamine release - ê SVR, aBP. pencegahan dengan:
- Slow infusion
- adequate intravaskular volume
- beri H1,H2 antagonis
- hipertensi intraoperatif (pada morfin dan meperidine) sering karena anestesi kurang dalam. bisa diatasi dengan pemberian vasodilator atau anestes
Respirasi :
- depresi RR
- ambang Apnea é é , hipoxic drive ê ê
- MORPHINE, MEPERIDINE - HISTAMINE - histamine induced bronchospasm
- Chest wall rigidity - FASt (Fentanyl, Alfentanyl, Sufentanyl). Beri Muscle Relaxant
serebral :
- ê CMRO2, CBF, ICP lebih kuat dibanding barbiturat dan benzodiazepin
- pada pasien dengan TUMOR OTAK / TRAUMA KEPALA : é Blood flow arterial dan ICP Transien
- High dose Fentanyl ; Seizure Activity
- Stimulasi CTZ ; nausea dan vomiting
- Tidak Punya Sifat Amnesia
- Shivering - most effective opioid to treat is Meperidine 25 mg.
GI :
- slow gastric emptying
- Biliari kolik / spasm : mimic stone pada Cholangiography
Endokrin :
- BLOK ALL HORMONE STRESS : cortisol, ADH, katekolamine. khususnya pada obat poten : FASt R (Fentanyl, Alfentanyl, Sufentanyl, Remifentanyl). hal ini menguntungkan pada pasien dengan ischemic heart disease.
DRUG INTERACTION (DI)
- Opioid (meperidine) + MAOI : resp arest, hiper/hipo ventilasi, koma, hiperpireksia
- Opioid (meperidine) + Barbiturat, benzodiazepine : Sinergi
- Biotransformasi Alfentanil + Eritromisin : prolong sedasi & resp depresion.
Selasa, 07 Agustus 2012
non volatile anesthesia (4). BENZODIAZEPIN
BENZODIAZEPIN
Mechanisms of action (MOA) :
Mechanisms of action (MOA) :
- bekerja pada spesifik reseptor terutama di korteks
- menghambat neurotransmiter inhibitorik mis GABA
- contoh obat antagonis : flumazenil
Structure Activity relationship (SAR)
- memiliki imidazole ring --> midazolam (water soluble pada pH rendah)
- mengiritasi vena
Farmakokinetik (FK)
A diberikan secara :
- oral : Diazepam, lorazepam, midazolam (pada pediatrik, tapi tidak di approve FDA)
- IM : Diazepam (painful
- IV
- Midazolam bisa juga di berikan secara intranasal (0,2-0,3 mg/kg), SL ( 0,1 mg/kg), Buccal (0,07 mg/kg)
redistribusi : awakening
high protein bound (90-98%)
B Metabolit fase I diazepam : masih aktif
Midazolam memiliki elimination half life pendek (2 jam) karena tingginya hepatic extraction ratio
E melalui urin.
enterohepatic
pada Renal failure : midazolam memanjang karena akumulasi metabolit konjugasi ( α-
hidroksi midazolam)
Farmakodinamik
Cardiovaskular :
- minimal depresan
- aBP, CO, PVR turun sedikit
- HR kadang naik
- midazolam punya efek turunkan tonus vagal sehingga BP, PVR turun lebih banyak
Respirasi :
- depresi pusat ventilasi terhadap CO2
- monitoring ventilasi dan tersedianya peralatan ventilasi penting
serebral :
- turunkan CMRO2, CBF, ICP
- efektif kontrol dan mencegah kejang
- oral - antegrade amnesia
- punya efek muscle relaxant ringan di level spinal cord, BUKAN neuromuskular junction
- tidak punya sifat analgesik
- antiansietas, amnesia, sedatif
DRUG INTERACTION (DI)
- cimetidin : sitokrom P-450 sehingga menurunkan metabolisme diazepam
- eritromisin : hambat metabolisme midazolam
- Heparin : lebih mengikat kuat pada protein
- Kombinasi Opioid dan diazepam ê ê ê BP & PVR tu. pada pasien ischemic / valvular heart failure
- ê kebutuhan anestesi inhalasi 30 %
- Ethanol, barbiturat : é efek sedatif benzodiazepin
Senin, 06 Agustus 2012
non volatile anesthesia (3). BARBITURAT
BARBITURAT
Mechanisms of action (MOA) :
Mechanisms of action (MOA) :
- mendepresi RAS
- Bekerja pada SINAPS, bukan axon
- Mensupresi transmisi neurotransmiter exitatory ( Ach)
- Meningkatkan transmisi neuritransmiter inhibitori (GABA)
- mengganggu pelepasan transmiter (presinaptik) dan stereoselectively interacting with reseptor (post synaptic)
Structure Activity relationship (SAR)
- yang memiliki gugus fenil : fenobarbital sehingga memiliki sifat anticonvulsant
- yang memiliki gugus metil : methohexital, tidak memiliki sifat anticonvulsant
- memiliki atom sulfur : thiopental dan thiamylal. atom sulfur meningkatkan solubilitas thdp lipid sehingga potensi lebih besar, onset lebih cepat, durasi lebih singkat jika dibandingkan dengan pentobarbital dan sekobarbital
- nyeri jika diberikan dan dapat menyebabkan trombosis vena jika konsentrasi obat berlebih
Farmakokinetik (FK)
A diberikan secara :
- IV ; induksi
- rektal : induksi (thiopental, metohexital)
- IM : premedikasi ( pentobarbital, sekobarbital)
D durasi of action tergantung pada redistribusi, bukan metabolisme atau eliminasi
B hepatic oxidation -> inactive water-soluble metabolite
E melalui urin. feses : methohexital.
Farmakodinamik
Cardiovaskular :
- BP turun
- HR naik krn efek vagolitik sentral
- kontraksi miokrdium naik
- cardiac output (CO) tetap.
- depresi medulary vasomoter center
- PVR naik
- Baroreseptor sangat penting dalam menjaga BP tetap stabil
Respirasi :
- depresi pusat napas terhadap hipoksia dan hiperkarbia
- induksi --> apnea
- tidak secara sempurna mendepresi refleks jalan napas. Hati-hati pada pasien ASMA.
serebral :
- konstriksi PD serebral -> CBF dan ICP turun
- CPP naik
- proteksi terhadap transien fokal iskemia (mis serebral embolism)
- Taste garlic / onion saat induksi pada penggunaan Thiopental
- bersifat ANTIANALGESIK
- Tidak punya sifat muscle relaxant, malah bisa menyebabkan kontraksi otot skeletal involunter
- punya sifat antikejang (gran mal) : toleransi akut & ketergantungan
renal
- menurunkan Renal blood flow dan GFR setara dengan BP
hepatic
- Blood flow turun
- Dapat menyebabkan porfiria
imunologi
- sulfur komponen Thiopental, thiamilal
DRUG INTERACTION (DI)
ZAT KONTRAS, SULFONAMIDAS --> IKATAN PROTEIN YANG SAMA MENYEBABKAN PENINGKATAN FREE DRUG DAN POTENSI PADA SISTEM ORGAN
ETANOL, OPIOID, ANTIHISTAMIN -> MENINGKATKAN EFEK SEDATIF DARI BARBITURAT
Minggu, 05 Agustus 2012
non volatile anesthesia (2). drug reseptor
drug reseptor merupakan suatu makromolekul protein yang melekat pada membran sel.
bisa bersifat :
bisa bersifat :
- agonis : obat melekat pada reseptor, kemudian mengaktifkannya
- antagonis : obat melekat pada reseptor tapi membuatnya menjadi tidak aktif. bisa bersifat
- antagonis kompetitif : menempel pada reseptor, membuat menjadi tidak aktif, tapi bisa dilawan dengan cara memperbanyak zat agonis
- antagonis non-kompetitif : menempel pada reseptor, membuat jadi tidak aktif dan tidak bisa dilawan walaupun zat agonis diperbanyak.
Interaksi obat terjadi jika 2 obat atau lebih berkompetisi untuk menduduki 1 reseptor.
Sabtu, 04 Agustus 2012
non volatile anesthesia (1). Farmakokinetik dan farmakodinamik
Farmakokinetik : apa yg tubuh lakukan thdp obat.
Farmakokinetik dibagi 4 yaitu : (ADBE)
Farmakodinamik : apa yang obat lakukan terhadap tubuh kita. sebagai terapi atau toxic.
Farmakokinetik dibagi 4 yaitu : (ADBE)
- Absorbsi : dr tempat pemberian sampai aliran darah. Bisa secara oral, sublingual, inhalasi, transdermal, subkutan, intramuskular atau intravena.
- absorbsi tergantung pada 2 hal yaitu faktor obat ( solubilitas, pKa, konsentrasi), dan faktor tempat absorbsi ( sirkulasi, pH, surface area).
- bioavailabilitas : fraksi dari unchanged drug yang mencapai sirkulasi sistemik. bentuk non-ion yang diabsorbsi.
- obat yang diberikan secara sublingual/ bucal akan langsung mengalir menuju vena cava superior sehingga mem-by pass liver. begitu pula bila diberikan secara rektal.
- obat terionisasi tidak bisa melewati BBB (blood brain barrier : precapillary glial cells and endothelial cell tight junction)
- obat yang lipid soluble dan tidak terionisasi (non-ion) melewati BBB
- Distribusi : pendistribusian ke sistem organ
- Biotransformasi : perubahan substansi oleh peristiwa metabolik (mayoritas terjadi di hati) menjadi bentuk yang non aktif dan water soluble. proses ini terdiri atas 2 fase :
- fase 1 : perubahan menjadi lebih Polar melalui proses oksidasi, reduksi, dan hidrolisis
- fase 2 : tjd reaksi Coupling / konjugasi (mis dengan as glukoronat) menjadi end product yang sangat polar.
- Ekskresi : proses pembuangan zat sisa (mayoritas di keluarkan melalui urine untuk obat anestesi non volatile, melalui paru paru untuk obat anestesi volatile, dapat pula melalui empedu.
- jika obat di ekskresi melalui empedu --> intestine --> sirkulasi enterohepatik. kadang toxic mis pada fentanil.
Eliminasi tdd Biotransformasi dan ekskresi.
Dose-response curve : linear, logaritmik
ED50 : dosis efektif suatu obat pada 50 % populasi percobaan
LD50 : dosis letal suatu obat pada 50 % populasi percobaan
Indeks terapi rasio : LD50 / ED50
Contoh Surat Lamaran PPDS UNDIP
berikut ini adalah contoh surat lamaran PPDS UNDIP. bisa juga di gunakan untuk universitas lain jika di butuhkan.

1.
3. sesuai dengan status pendaftar
(misal:CPNS/PNS/PTT/PRA PTT dst.)
4.
|
CONTOH LAMARAN:
Semarang, …………………..
Hal:
Permohonan Pendidikan
Dokter Spesialis
Yth.
- Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
- Direktur
Utama
RSUP Dr. Kariadi
Dengan
hormat,
Yang
bertanda tangan
di bawah ini, saya:
Nama : ……………………..
Tempat
& tanggal lahir : ……………………..
Alamat : ……………………..
Dengan
ini saya mengajukan surat permohonan agar diperkenankan mengikuti Pendidikan
Dokter Spesialis I dalam bidang studi ..........(diisi sesuai
minat)............. pada Fakultas Kedokteran UNDIP / RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Untuk
bahan kelengkapan permohonan tersebut, bersama ini saya lampirkan sebagai
berikut:


2.


Dst.
Atas
terkabulnya permohonan ini, sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan terima
kasih.
Hormat
saya,
dr.
.......................
Tembusan
:
- Ketua Bagian ........(yang
dituju)
Fakultas Kedokteran UNDIP
PPDS UNDIP (1)
pembukaan ppds undip baru saja di buka untuk periode masuk bulan Januari 2013. Setiap tahun ujian diselenggarakan sebanyak 2x yaitu
1. Bulan Januari s/d minggu ke-4 bulan Maret, tes dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan April dan mulai pendidikan awal bulan Juli
2. Bulan Juli s/d minggu ke-4 bulan September, tes dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Oktober dan mulai pendidikan awal bulan Januari
untuk program anestesiologi alur dan persyaratannyanya adalah sebagai berikut
1. Bulan Januari s/d minggu ke-4 bulan Maret, tes dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan April dan mulai pendidikan awal bulan Juli
2. Bulan Juli s/d minggu ke-4 bulan September, tes dilaksanakan pada minggu ke-2 bulan Oktober dan mulai pendidikan awal bulan Januari
untuk program anestesiologi alur dan persyaratannyanya adalah sebagai berikut
ALUR
PENERIMAAN CALON PESERTA DIDIK
A. Syarat Administrasi
Untuk menjadi calon peserta PPDS Anestesiologi harus memiliki :
1.
Ijazah dokter dari Fakultas Kedokteran Negeri atau swasta yang
diakui pemerintah RI.
2.
Mempunyai STR (surat tanda registrasi).
3.
Melengkapi pesyaratan administrasi dari FK UNDIP yang terdiri dari
:
· Surat permohonan
· Formulir lamaran
· Lampiran-lampiran yang
diperlukan : fotocopy SK pengangkatan, fc ijazah dokter dan transkrip nilai
yang dilegalisir, surat ijin/ persetujuan dari atasan tempat bekerja, surat
persetujuan/ rekomendasi dari instansi induk, rekomendasi IDI setempat, ijazah
TOEFL.
B. Seleksi
·
Tes akademik : calon peserta PPDS Anestesiologi wajib mengikuti
tes akademik tertulis yang diselenggarakan oleh FK UNDIP secara bersama-sama,
materi tes akademik disusun oleh Dep. Anestesi dan Terapi Intensif. Hasil tes
akademik dinilai dan diputuskan dalam rapat staf Dep. Anestesi dan Terapi
Intensif FK UNDIP, calon PPDS yang gagal dalam tes akademik dinyatakan gugur
dan tidak dapat melanjutkan tahap seleksi berikutnya.
·
Tes kesehatan, Psikologi dan Psikiatri : dilaksanakan oleh FK
UNDIP, setelah mendapat masukan hasil tes akademik dari program studi
Anestesiologi.
·
Wawancara : dilaksanakan di Dep. Anestesi dan Terapi Intensif
dengan mengelompokkan materi wawancara dalam 4 kelompok pewawancara, yang
meliputi kemampuan 1. Akademik, 2. Minat-kerjasama-sikap, 3.
Ekonomi-keluarga-referensi, 4. Bahasa inggris dan kemampuan lain
(ekstrakurikuler).
·
Skor penilaian : seluruh hasil seleksi (akademik, kesehatan,
psikologi dan psikiatri, laboratorium, wawancara) dan data latar belakang calon
PPDS di tabulasi dan diberi skor yang diadaptasi dari skor pada Katalog
pendidikan dokter spesialis Anestesiologi dan reanimasi, dan skor dari FK
UNDIP.
·
Rapat penentuan Hasil penerimaan : rapat penentuan dilakukan dalam
rapat staf Dep. Anestesi dan Terapi Inensif, FK UNDIP, berdasar skor akhir dan
seluruh data calon PPDS. Penentuan calon yang dapat diterima di program studi,
diusulkan ke Dekan FK UNDIP sesuai urutan ranking nilai.
·
Nama-nama calon yang dapat diterima di program studi, diusulkan ke
Dekan FK UNDIP sesuai urutan ranking nilai.
C. Rapat Yudisium
Di tingkat fakultas dilakukan rapat yudisium antara Dekan FK
UNDIP, pimpinan RS dan Tim Koordinasi Pelaksana Program Pendidikan Dokter
Spesialis I (TKPPDS I). Dalam forum tersebut secara resmi akan diputuskan nama
calon yang akan diterima, dan selanjutnya diumumkan.
BIAYA
PENDIDIKAN
Biaya pendidikan dibayarkan per semester, informasi lebih lanjut
dapat menghubungi Sekretariat PPDS Gedung Dekanat FK UNDIP Lt 2.
![]() |
prosedur pendaftaran ppds undip |
Sesuai dengan prosedur yang telah dituliskan di atas. Setiap calon peserta didik diharapkan datang pada saat pendaftaran dengan membawa Ijazah Asli untuk di tunjukan di sana dan menghadap Ketua TKP PPDS Kasubbag Diklit tenaga medik.
![]() |
Persyaratan Berkas |
![]() |
BATASAN USIA |
INFORMASI LEBIH LANJUT DAPAT DI LIHAT DI www.undip.ac.id yang biasanya muncul saat periode pembukaan PPDS.
Langganan:
Postingan (Atom)